Suasana ramai jual beli akan segera ditemui bila anda berjalan di sisi barat trotoar Jalan Mangkubumi pada malam hari. Di sana, terdapat sebuah sentra penjualan barang-barang bekas bernama Pasar Klithikan, pasar yang dinamai berdasarkan bunyi 'klithik' yang terdengar bila barang dagangannya dilempar. Setiap malam, sejumlah pedagang menggelar dagangannya dengan alas kain atau terpal dan diterangi lampu teplok. Sementara itu, puluhan orang mengerumuni dan sibuk memilih barang.
Tak ada kejelasan tentang kapan Klithikan mulai ada. Namun, nama Klithikan sendiri mulai dikenal masyarakat Yogyakarta sejak tahun 1960-an ketika kondisi ekonomi agak memburuk. Puncak maraknya pasar yang terletak tak jauh dari Tugu Yogyakarta ini adalah pasca krisis ekonomi tahun 1998. Semakin banyak pedagang yang memadati area trotoar dan makin banyak pula pengunjung yang setiap hari mencari barang.
Pasar Klithikan di wilayah Mangkubumi memiliki keunikan dibanding pasar barang bekas lainnya. Barang bekas yang dijual di pasar ini memiliki nilai lebih karena kualitasnya yang masih terjaga dan keunikannya. Anda bisa menemukan arloji tua, kacamata oldies hingga barang-barang masa kini seperti discman, handphone ,spion dan onderdil motor dengan harga murah. Sebuah arloji ada yang dijual seharga Rp 9.500,00, sementara handphone ada yang berharga kurang dari Rp 100.000,00.
Barang dagangan yang lebih dari sekedar bekas itulah yang menjadi daya tarik pasar ini sehingga selalu ramai dikunjungi. Mulai pukul 19.00, Klithikan sudah dipenuhi kerumunan pengunjung. Aktivitas menimang barang hingga tawar menawar adalah kebiasaan yang dilakukan para pengunjung. Tak jarang, tawar menawar bisa berlangsung lama dan membuat peminat barang harus bolak-balik untuk meluluhkan hati pedagang agar mau melepas barang yang diinginkan.
Bila di pasar lain anda hanya akan menemui aktivitas jual beli, maka tidak di Pasar Klithikan. Sebuah obrolan menarik tentang barang tertentu yang diinginkan seorang pengunjung bisa terjalin akrab dengan salah satu penjual. Tak jarang pula topik tertentu disahuti oleh sekelompok pengunjung hingga terjadi semacam arisan di tengah-tengah pasar. Suara tawa lebar dan umpatan-umpatan kecil menjadi sesuatu yang turut menghidupkan suasana pasar ini.
Keunikan lain Pasar Klithikan adalah tak ada kepastian siapa penjual dan pembeli. Satu orang bisa berfungsi sebagai penjual di suatu waktu dan sebaliknya di waktu yang lain. Bila memiliki barang yang cukup unik dan ingin menjualnya, anda bisa membawanya di pasar ini dan menawarkan ke salah satu orang di sana dengan harga yang anda inginkan. Biasanya, semakin tua, unik serta sulit dicari, suatu barang akan semakin memiliki harga jual yang tinggi.
Meski menjual barang bekas, bukan berarti pengunjung pasar ini hanya dari kalangan menengah ke bawah saja. Terbukti, banyak pengunjung datang dengan gaya berpakaian yang beranekaragam. Ada yang tampil cukup dengan kaos oblong dan celana kolor, ada pula yang tampil bersih dan modis. Mereka datang dengan berbagai kepentingan mulai mencari barang yang lebih murah hingga sengaja mencari barang antik untuk dikoleksi.
Dengan segala nuansanya, tentu Pasar Klithikan sangat pantas untuk dinilai sebagai objek wisata dan tempat melewatkan malam. Barang dagangan yang berupa second hand jelas tak bisa dijadikan alasan untuk menilai miring pasar ini. Sebutan 'pasar' bagi wilayah ini sudah merupakan sebuah nilai lebih karena sebenarnya, jika melihat tak adanya bangunan permanen yang didirikan untuk operasi para pedagang, tempat ini lebih layak disebut kawasan kaki lima.
Jadi datanglah dan nikmati pesona hiruk pikuknya. Mungkin saja anda bisa menemukan barang yang selama ini diinginkan tanpa perlu mengeluarkan banyak uang, atau menemukan orang baru yang memiliki kegemaran mengkoleksi barang-barang yang sama seperti anda. Jika demikian, tentu pengalaman wisata anda ke Yogyakarta akan meninggalkan kenangan tersendiri di hati dan membuahkan kebahagiaan.
Naskah: Yunanto Wiji Utomo
Photo & Artistik: Singgih Dwi Cahyanto
Copyright © 2006 YogYES.COM